Arif Budimanta ( foto : ist) |
JAKARTA, REALITA - Anggota Komisi XI DPR Arif Budimanta mengingatkan agar
pengendalian nilai tukar atau kurs tidak hanya dilakukan oleh Bank
Indonesia (BI) karena rupiah berpotensi terus bergerak liar sehingga
cadangan devisa akan makin tergerus.
"Cadangan devisa akan semakin tergerus apabila pengendalian nilai
tukar hanya diandalkan kepada BI semata," kata anggota DPR dari Fraksi
PDIP itu di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi terus terjadi
karena market tidak melihat ada kebijakan yang sinergis dan komprehensif
antara kebijakan fiskal dan moneter.
"Dalam konteks ini maka kedepan beban BI akan semakin menumpuk yang
ditunjukkan oleh cadangan devisa yang semakin tergerus apabila
pengendalian nilai tukar hanya diandalkan kepada BI semata," tegasnya.
Ia menyebutkan defisit neraca perdagangan Indonesia yang melebar
mencapai 4,4 persen terhadap produk domestik bruto (GDP) pada kuartal II
2013 padahal kurtal I hanya 2,4 persen, adalah terbesar dalam sejarah.
"Defisit perdagangan terjadi karena fokus usaha pemerintah untuk
memberikan insentif fiskal terhadap industri bahan baku/hulu masih belum
menarik, serta perlakuan terhadap eksportir belum memberikan
gairah/untuk menguber devisa ekspor," katanya.
Menurut dia, pelemahan mata uang rupiah saat ini adalah yang terdalam dibandingkan mata uang lain di kawasan regional ASEAN.
"Pelemahan ini akan terus terjadi apabila tidak ada perbaikan, salah satunya terhadap neraca perdagangan," katanya.
Ia menyebutkan pelemahan nilai komoditas dan ekspor serta
meningkatnya impor dari waktu ke waktu adalah data riil yang
menggambarkan bahwa pemerintah tidak berhasil menggenjot produktivitas
nasional untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Sedangkan di sisi lain laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dari waktu
ke waktu sampai saat ini selalu bertumbu kepada komsumsi. Akibatnya
inflasi yang seharusnya musiman bisa menjadi permanen apabila tidak
dikendalikan. "Hal tersebut bisa menjadi kenaikan biaya hidup," katanya.
Menurut dia, ada langkah-langkah fundamental dan struktural dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan yaitu kurs rupiah harus dikendalikan
bukan dengan mengerem penyaluran kredit karena bisa berdampak pada
pertumbuhan ekonomi. Tapi pemerintah harus bisa mengatur "cash flow"
nasional dengan mengajak pelaku ekonomi duduk bersama.
"BI dapat mempertimbangkan relaksasi ketentuan-ketentuan terkait
pendalaman pasar valuta asing seperti pinjaman komersial luar negeri
bank, hedging dan lainnya, dalam rangka menarik modal asing masuk,"
katanya.
antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar