DESA Lalumpe terletak di Minahasa Selatan - dalam jajaran wullur ma’atus -
kecamatan Motoling. Luasnya kurang lebih 1500. Ada banyak hal
unik di desa ini ketika kita bertanya dan berusaha mendengarkan dengan
saksama cerita dari masyarakat tentang hal-hal yang menjadi ciri
khasnya.
Hampir semua masyarakat mempunyai cerita mereka masing-masing
tentang perkembangan masyarakat mereka sendiri. Ada banyak hal yang
menghiasi perkembangan masyarakat dari mitos, legenda, dan sejarah.
Salah
satu hal yang khas di desa Lalumpe - yang namanya diambil dari nama
jenis tanaman kayu ini - yang sudah menjadi legenda dan cerita turun
temurun adalah Air Mujizat. Hal unik pertama yang akan muncul ketika
kita bertanya tentang desa ini adalah Air Mujizat; baik orang tua maupun
yang muda. Ceritanya di mulai sekitar tahun 1937 ketika rombongan mapalus yang berjumlah 13 orang yang dikepalai oleh Simson dan Aflis Sengkey sedang kehausan dan mencari air di perkebunan yang disebut maumbi. Kedua orang tersebut merupakan tua-tua jemaat di Pantekosta. Tetapi rombongan mapalus itu merupakan gabungan dari jemaat Pantekosta (GPDI), GMIM, dan Katolik.
Pada waktu itu musim kemarau yang cukup panjang berlangsung sampai sepuluh bulan. Sumber mata air desa sudah kering sehingga terjadi krisis air dan orang-orang mulai mencari sumber mata air yang baru.
Terinspirasi
dari kisah Musa dalam kitab suci orang Kristen (Alkitab) maka dengan
iman mereka berdoa – yang dipimpin oleh Simson Sengkey - kepada Tuhan.
Awalnya tanah menjadi lembab dan akhirnya dari antara bebatuan yang
terletak di lereng bukit muncullah mata air. Air yang ada di situ cukup
melegenda oleh karena tak pernah menjadi kering sekali pun di musim
kemarau yang panjang. Anehnya juga air di tempat ini tidak ditinggali
katak atau jentik nyamuk padahal airnya tidak mengalir.
Dalam masyarakat
desa Lalumpe yang sangat religius-kristen menjadikan tempat ini sebagai
bukti iman mereka sehingga di tahun 2011 pada HUT GPDI dibuat aksi
teaterikal tentang mujizat Tuhan di desa Lalumpe. Air mujizat ini hanya
merupakan genangan yang tidak mengalir walaupun tempatnya di kemiringan.
Kondisi tempat air mujizat dari tahun ke tahun terjadi perubahan baik
secara alami maupun campur tangan masyarakat desa. Dulunya, menurut
seorang warga desa genangan air di tempat itu ada beberapa tetapi
memiliki pusat genangan yang lebih besar dari yang lain. Tetapi sekarang
ini tinggallah satu genangan air di sana.
Dari
tahun 1937 sampai 1962 cerita tentang air mujizat terlupakan dan
akhirnya seorang pendeta yang juga sebagai wartawan yaitu Nicky Sumual
berusaha menggali sejarahnya kembali untuk melengkapi sejarah
perkembangan Pantekosta. Dalam kurun waktu ini nama untuk menunjukkan
tempat bersejarah itu belum ada sehingga terjadi tawar menawar antara
Pendeta Kumajas dan Nicky Sumual untuk memberi nama tempat itu. Pendeta
Kumajas menawarkan nama air Mujizat sementara Pendeta Nicky Sumual
mengusulkan nama Air Sembayang. Tetapi akhirnya dalam penulisan sejarah
Pendeta Sumual menggunakan nama Air Mujizat.
Pada tahun 1986 ketika Air
Mujizat telah menjadi pembicaraan di kalangan jemaat Kristen maka
misionaris dari Kanada, Amerika, Australia dan juga hamba-hamba tuhan
yang berasal dari Jawa datang berkunjung di desa Lalumpe untuk melihat
tempat di mana ada Air Mujizat. Mereka juga masing-masing mengambil air
dari tempat itu yang mungkin dijadikan sebagai kenang-kenangan atau
souvenir yang mereka isi dalam botol.
Oleh karena semakin banyak orang
yang tahu dan tertarik untuk mengunjungi tempat ini maka sebagian
masyarakat Lalumpe ingin membuat tempat itu menjadi objek wisata dengan
pertimbangan ekonomis. Hal ini mendapat protes dari masyarakat yang lain
oleh karena menurut mereka mujizat Tuhan tidak seharusnya diperlakukan
sebagai objek wisata apalagi membayar karcis masuk.
Ketika
kita melihat secara langsung tempat Air Mujizat ini mungkin sangatlah
berkesan biasa saja. Tetapi dalam masyarakat Lalumpe - khususnya jemaat
Pantekosta - ada makna lebih mendalam yang diwariskan kepada beberapa
generasi di desa ini. Seakan-akan Aer Mujizat adalah salah satu
identitas masyarakat ini yang merupakan bukti dari kepercayaan atau iman
kristiani tua-tua mereka dahulu. Kekristenan memang telah
menyatu dengan jiwa masyarakat di desa ini sehingga kebanyakan cerita
dari masyarakat selalu berkaitan dengan Kekristenan.
Air
mujizat merupakan tempat yang bersejarah dan menjadi tempat yang
keramat di desa Lalumpe. Sehingga hampir seluruh masyarakat mengetahui
akan cerita dan tempat Air Mujizat. Memang dulunya ada warga yang tidak
percaya dengan cerita tentang tempat ini sehingga dia tidak
menghargainya. Suatu waktu dia ingin menguji kekeramatan Air Mujizat
dengan membawa sapi untuk diberi minum di tempat itu. Hari berikutnya
sapinya mati dan dia mendapat bukti bahwa tempat itu bukanlah tempat
biasa.
Memang ketika sejarah yang diceritakan dari generasi ke generasi
mendapat tanggapan yang tak acuh dan justru mengabaikannya. Generasi
sekarang memang kurang menghargai nilai-nilai historis bangsanya
sendiri.
Tak jarang generasi muda sekarang jika ditanya tentang sejarah
tempat mereka tinggal dijawab dengan kata ‘tidak tahu’. Rasionalitas
barat telah memberi kerangka berpikir yang membuat kita menjadi ragu dan
bahkan tidak percaya dengan diri kita sendiri.
Sumber : iswadisual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar