Pementasan dengan racikan super canggih, terselubung serta berbalut kain sutra di negeri Siluman siap diperagakan para punggawa di atas pentas yang berusaha dibuat megah.
Seakan tak pernah lelah aktor A mengirim SMS ke aktor B. Seakan tidak pernah terlelap sang sutradara menyiapkan ramuan spesial, demi sebuah penampilan kolosal yang spektakuler.
Sambil make up artis mempersiapkan segala macam kosmetika, Produser pun sudah bersiap mengangkat setinggi - tingginya, cek berangka 6 digit, meski dianya itu mungkin hanya kolektor yang minta sana, mengemis di situ.
Apapun itu yang terpenting mega proyek bisa sukses karena ditopang dengan dana segar.
Maklum selain para artis, pementasan perlu mengikutsertakan para figuran, bahkan dengan jumlah yang relatif banyak, atau karena ini spektakuler, jumlahnya sangat membludak. Praktis pengeluaran pun tidak sedikit.
Semuanya telah siap, semuanya telah stand by. Count down 3, 2, 1, go...!
Pementasan pun berlangsung. Sutradara dan produser, karena sedikit pilek dan kepala pening, bersedia hanya menonton dari kediaman.
Pementasan pun berjalan, terus bergulir, dan ternyata...membosankan! Bukannya menarik selain mengecewakan. Bukannya membanggakan, sebaliknya memuakkan!
Sungguh sebuah pementasan yang jauh dar kualitas. Penonton pun menggerutu.
Ternyata...dan ternyata..para aktor tidak menyelami scrip secara benar dan menyeluruh. Para pemain figuran apalagi. Jangankan mengetahui plot, tujuan pementasan pun mereka tak sempat tahu.
Sutradara dan Produser mau tak mau harus mempertanggungjawabkan mega proyek di hadapan penonton.
Pementasan gagal, sutradara pun galau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar