Berlin - Badan rahasia Amerika Serikat National Security
Agency (NSA) disebut telah menyadap markas besar PBB. Hal itu
diungkapkan majalah mingguan Jerman Der Spiegel.
Mengutip dokumen AS yang didapat dari mantan kontraktor intelejen AS Edward Snowden, Der Spiegel mengatakan bahwa AS secara sistematis memata-matai negara lain dan lembaga-lembaga dunia.
Der Spiegel menyebut Uni Eropa dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) adalah lembaga yang menjadi target aksi mata-mata pemerintah AS.
Pada 2012, NSA sukses menyadap sistem video conference PBB dengan menembus sistem kode yang digunakan.
"Trafik data itu memberikan kita pembicaraan video conference di PBB," tulis Der Speigel mengutip salah satu dokumen AS yang mereka dapatkan itu.
Data internal NSA itu juga menunjukkan bahwa badan intelejen AS itu memata-matai perwakilan UE di New York setelah mereka berpindah ke ruangan baru pada 2012.
Berdasarkan data milik Snowden itu, NSA disebut melakukan program mata-mata terhadap 80 kedutaan besar dan konsulat di berbagai penjuru dunia dalam operasi yang diberi nama Special Collection Service.
"Aksi mata-mata itu sangat intens dan terorganisasi dengan baik dan sama sekali tidak terkait dengan berusaha mengatasi masalah terorisme," tulis Der Spiegel.
Mengutip dokumen AS yang didapat dari mantan kontraktor intelejen AS Edward Snowden, Der Spiegel mengatakan bahwa AS secara sistematis memata-matai negara lain dan lembaga-lembaga dunia.
Der Spiegel menyebut Uni Eropa dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) adalah lembaga yang menjadi target aksi mata-mata pemerintah AS.
Pada 2012, NSA sukses menyadap sistem video conference PBB dengan menembus sistem kode yang digunakan.
"Trafik data itu memberikan kita pembicaraan video conference di PBB," tulis Der Speigel mengutip salah satu dokumen AS yang mereka dapatkan itu.
Data internal NSA itu juga menunjukkan bahwa badan intelejen AS itu memata-matai perwakilan UE di New York setelah mereka berpindah ke ruangan baru pada 2012.
Berdasarkan data milik Snowden itu, NSA disebut melakukan program mata-mata terhadap 80 kedutaan besar dan konsulat di berbagai penjuru dunia dalam operasi yang diberi nama Special Collection Service.
"Aksi mata-mata itu sangat intens dan terorganisasi dengan baik dan sama sekali tidak terkait dengan berusaha mengatasi masalah terorisme," tulis Der Spiegel.
Sumber : metrotv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar