Rabu, 25 November 2015

Politik Seolah - Olah Sang Penjilat

Ilustrasi
MAINKAN Peran Politikmu! Itulah yang saat ini sedang dilakonkan setiap pemangku kepentingan Pilkada di Sulawesi Utara (Sulut). Baik Kandidat, Tim Sukses, mesin partai, pendukung, organisasi sayap, relawan dan simpatisan, semuanya bergegas, demi menjadi 'the winner.'
Menariknya, dan ini kerap 'menari nari' di antara kesibukan politik, tampilnya oknum - oknum tertentu, bukannya gencar dengan aktifitas pemenangan, sebalikya sibuk dengan aksi menjilat. Dialah sang penjilat! Dan sang penjilat akan dengan 'bangganya' mempraktekkan politik seolah - olah.
Saat si kandidat hendak dimintai foto bersama, sang penjilat akan buru-buru berada di samping. Seolah - olah dialah pasangannya atau yang mengatur sessi foto bersama. Tak peduli kandidat justru terhalang oleh gaya eksentriknya.
Saat kegiatan berlangsung, sang penjilat akan dengan segera bertindak sebagai master ceremony. Seolah -olah, dialah komandannya protokoler.
Saat sessi wawancara, sang penjilat pun kerap pasang gaya di depan, seolah - olah dialah sang juru bicara. Dialah ketua media center. Dialah yang paling berhak berbicara mengatasnamakan sang kandidat.
Semakin menarik jika semua hal di atas, atas dasar profesionalisme dalam kerangka tupoksi, lantas tidak terjadi, murkalah sang penjilat.
Selesai sampai di situ? Tidak juga.
Jika wajah 'polosnya' saat berfoto bersama kandidat tidak sempat 'terjaring' untuk dipublikasikan, sang penjilat akan merasa dialienasikan.
Jika suara ocehannya tidak didengar, sang penjilat akan merasa diabaikan
Jika tidak pernah dimintai tanggapan, sang penjilat merasa disepelekan.
Jika sudah begitu, biasanya politik seolah - olah akan kembali diterapkan, namun dalam konteks 'aduan.'
Layaknya pihak yang diabaikan (padahal sangat tidak pantas), sang penjilat akan mengadu, tetapi ditambah sedikit bumbu, sehingga dalam dialek Manado, dikenal dengan 'Karlota.'
Sang penjilat merasa bangga dengan tindakannya. Tetapin itulah dia, sang penjilat. Berusaha meraup rezeki dengan hanya bermodalkan 'seolah - olah'...Seolah olah itulah rezekinya...!
Kalaupun target rezeki(mungkin lebih halus diistilahkan keberuntungan) tidak juga menghampiri dirinya, kalau bukan berdiam diri, parahnya sang penjilat akan keluar mencari zona baru. Untuk apa? Ya, menjilat juga.
Sayangnya, politik seolah - olah, di masa kini sudah terlanjur terdeteksi. Seolah - olah tidak tahu, padahal sangat memahami akan sepak terjang sang penjilat. Maka.., masa bodoh dengan sang penjilat!

Tidak ada komentar: