![]() |
HR Makagansa dan Istri |
Fenomena
ketimpangan sosial dalam hal mengecap pendidikan, masih merupakan salah satu
diskusi hangat di Negara tercinta ini. Materi tersebut berangkat dari masih
banyaknya generasi bangsa yang kurang mendapat kesempatan, duduk di bangku
sekolah. Padahal, merupakan kesepakatan bersama, sejak Negara ini
memproklamirkan diri, yakni tidak ada satu pun warga Negara usia sekolah, yang
diperkenankan, berdiri di luar halaman sekolah.
Yang
terjadi kemudian, sungguh di luar prediksi, namun sudah sangat dipastikan.
Jutaan anak usia sekolah yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini, kalau
bukan terhenti di jenjang Sekolah Dasar, sebagain lagi sama sekali tidak pernah
mengenakan seragam sekolah. Kenapa sampai hal seperti itu terjadi, tidak ada
satu pihak pun yang sanggup memberikan jawaban yang memuaskan, terutama kepada
mereka yang teralienasi dari lingkungan edukasi. Mungkinkah fenomena demikian,
turut dipicu oleh minimnya pemimpin berbasis dunia pendidikan? Sekiranya
persepsi itu mengena, maka itulah juga yang hingga detik ini, bersemayam di
lubuk hati yang paling dalam, dari seorang Drs. H.R. Makagansa, M.Si
Salah
satu tokoh daerah Nyiur Melambai itu, merasakan betapa pendidikan di Negara
ini, khususnya di Sulut, lebih khusus lagi di Kabupaten Kepulauan Sangihe,
masih jauh dari ekspektasi para pendidi bangsa ini. Sebagai putra daerah
Sangihe, sosok yang telah berkecimpung di bidang politik pemerintahan itu,
lantas terpanggil untuk memberikan daya kreasinya. Sebuah motivasi yang sangat
logis, mengingat beliau berasal dari dunia pendidikan. Menurutnya, dasar
pengembangan pendidikan adalah pembangunan itu sendiri.
“Pembangunan akan
sangat tidak stabil, jika tidak ditopang oleh presensi SDM yang kompetitif.
Nah, untuk bisa bersaing, sebuah kewajiban, apabila setiap manusia, sebagai
peggerak pembangunan, memiliki tingkat pendidikan yang memadai.” Demikian
persepsi sederhana, namun penuh kedalaman makna dari sosok yang menamatkan
jenjang Seklah Dasar di J.P.K tahun 1970 itu.
Dalam
kaitannya dengan pengembangan pendidikan, dengan SDM yang kompetitif, baginya,
akan membuat pergerakan pembangunan daerah, berlangsung secara dinamis. “Ini
sangat dimungkinkan, karena SDM di dalamnya kritis.” Penuturan figur yang
pernah dipercayakan sebagai Penjabat Bupati Bolaang Mongondow Utara itu,
dilanjutkan dengan pemahaman mengenai pendidkan layak disebut sebagai fondasi
krusial sebuah daerah.
Mengenai
tingkat kemajuan di Sangihe sendiri, sambil menghindari sejauh mungkin subyektifitas
pemikiran, sosok kelahiran Sangihe, 5 Juni 1958 itu berpendapat, masih wajib
diberi perhtian ekstra serius.
“Terutama mereka yang tinggal di pulau-pulau,
hak untuk memperoleh pendidikan masih harus ditingkatkan. Peningkatan itu
sendiri, aru benar-benar terimplementasi, sejauh telah adanya ketersediaan
sarana dan prasarana pendidikan, sesuai jenjang pendidikan mereka.”
Menurutnya,
itulah yang menjadi impian dirinya, dan pastinya setiap anak usia sekolah dan Para orang tua. “Generasi Sangihe usia sekolah wajib
untuk sekolah. Dan saya akan berjuang untuk mewujudkan impian itu.”
Begitu
mendalamnya harapan ketua Persatuan Pelajar mahasiswa Sangihe dan Talaud
periode 1983-1987 itu, akan kemajuan dunia pendidikan di Sangihe, demi
akselerasi roda pembangunan daerah, membuat beliau, tampil dalam Pemilukada.
Kalau dunia pendidikan di Sangihe bergerak maju, baginya, niscaya
bidang-bidang yang lain, akan juga mengalami kemajuan signifikan. Sebab dalam
dunia pendidikan, semua aspek kehidupan, terutama religius, moral dan etika, di
tempa. Sebagai wujud dari kerinduan beliau, akan hadirnya SDM-SDM Sangihe yang
kompetitif, serentak mampu memposisikan diri sebagai subyek pembangunan daerah
yang berkualitas dan memiliki moral kepribadian yang sehat, melalui Dinas
Pendidikan Sulut, dalam Bidang studi Muatan Lokal(Mulok), akan dimasukan materi
tentang anti korupsi.
“Ini dimaksudkan, agar sejak dini, para siswa telah
dibekali dengan pengenalan akan bahaya korupsi."
Kembali
pada materi pendidikan di Sangihe, sebuah tekad telah terpatri dalam hati tokoh
populer ini, yakni menjadikan pendidikan sebagai milik semua lapisan
masyarakat.
“Satu hal yang perlu kita selami bersama, pembangunan, di manapun
itu, tidak kan
pernah berjalan seutuhnya,jika satu saja warganya tidak diberikan haknya untuk
memperoleh pendidikan! Itulah mengapa saya bersedia dengan ikhlas, menjawab
panggilan daerah dan masyarakat saat ini.”
Keterpanggilan Makagansa, membangun
daerah Sangihe, kian memancarkan aroma keharuman, manakala sosok yang kin
menjabat BUpati Kabupaten Kepulauan Sangihe itu, di banyak tempat dan
kesempatan, menempatkan pendidikan sebagai salah satu pilar penting dalam
menjabarkan visi dan misinya di wilayah berjuluk seribu pulau itu.
by: Fian Kaunang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar