Mendengar
kata ‘skandal,’ pandangan setiap orang langsung tertuju pada sebuah tindakan
yang tidak selaras dengan aturan main yang sesungguhnya. Bagi yang tetap
menghargai nilai-nilai kemurnian, skandal tidak lebih dipandang sebagai sisi
gelap yang turut menghantui perjalanan kehidupan umat manusia di muka bumi ini.
Hebatnya lagi. Skandal yang semula hanya disematkan dalam lingkup hubungan
percintaan, seiring dengan perkembangan dunia, telah merembes ke setiap sendi
kehidupan. Ada
skandal politik, skandal ekonomi, skandal budaya, pun yang berkembang
belakangan, skandal hukum. Semua skandal tersebut, setidaknya telah meruntuhkan
prinsip-prinsip dasar kehidupan, berganti ketidakpercayaan.
Meskipun
dicap sebagai aksi yang tidak bonafide, toh, skandal terus
bergentayangan, sambil menggerogoti siapa saja yang coba-coba berlaku ‘manis.’
Apalagi pergerakannya, dinilai, berlangsung sangat rapih, sukar terdeteksi.
Karena tujuannya yang, mungkin bagi sebagian, dirasa mampu memuluskan
pencapaian tujuan, para pejabat, meski tidak semua, berlomba-lomba
memperebutkan tropi bernama ‘skandal’ itu. Bukan main! Setia kepada janji, dalam
sekejap berubah nama menjadi ‘setia kepada skandal.’
Karena
berlangsung rapih, tidak mengherankan skandal berlangsung sambil berupaya
mengamankan pihak-pihak yang dianggap bisa merusak kenikmatan tersebut. Tidak
terkecuali, insan pers dirangkul bagaikan anak emas. Alhasil, -kembali-, trik
demikian ternyata mujarab(tentu tidak semua mau menjemput).
Syukurlah, tidak
semua oknum abdi Negara, menonjolkan prilaku yang demikian. Meski harus
menerima kado mutasi, non job bahkan
pemecatan sekalipun, sebagian para sosok ‘pelayanan masyarakat,’ lebih memilih
untuk tidak menghianati ikrarnya.
Sulawesi Utara(Sulut)
sendiri, bukannya bersih dari ulah sebagian pejabat, baik yang tidak sengaja,
sengaja, maupun yang mungkin terlanjur menggemarinya, menari-nari di atas
materi skandal. Memang agak sukar menemukan indikasi, apalagi menentukan. Hanya
saja bukan berarti belum ada pembuktian secara yuridis.
Semoga saja, ke depan,
generasi daerah ini, tidak lagi mengkomsumsi berita tentang skandal pejabat,
karena hanya memusingkan orientasi masa depan.
by: Fian Kaunang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar