Minggu, 21 April 2013

Pemilukada: Mau dan Tidak!


Mau atau tidak?
Dalam banyak hal, hidup ini kerap dihubungkan dengan kata ‘mau,’ dan ‘tidak.’ Terlepas dari alasan serta tujuan dikenakannya dua kata tersebut, sebuah kepastian terpampang sangat jelas di depan kita, yakni keputusan. 

Dua kata itu, lahir sebagai konsekuensi logis dari sebuah keputusan. Keputusan apapun itu, niscaya berorientasi pada dua kata tersebut. Dalam konteks ini, kata ‘ragu-ragu,’ tidak termasuk, sebab tidak bisa melahirkan sebuah keputusan akhir, selain, biasanya, “di-pending dulu,” “beri aku waktu sebentar,” atau “entahlah.” Kata-kata yang bermakna ‘mengambang.’

Suka tidak suka, kata ‘mau’ dan ‘tidak,’ akan berjalan seiring dengan hentakan kaki seseorang. Namun, sebuah fenomena, kalau boleh dibilang, agak unik atau mungkin lebih tepatnya lagi, aneh, yakni dua kata itu, sering digunakan, bukan karena didasari oleh kemurnian niat, melainkan kerap sekedar menutupi kehendak yang asali. 

Mau padahal tidak mau, tidak mau meski dalam hati, mau. Mungkinkah ambivalensi seperti itu, akan berlaku juga pada pesta demokrasi langsung, di Kota Kotamobagu, Bolmong Utara, Minahasa Tenggara dan Sitaro tahun ini?

Asalkan mau jujur, ‘Mau’ dan ‘Tidak,’ sudah masuk dalam ruang ambivalensif. Tetapi itu bukan persoalan utama, walaupun bisa memiliki dampak pada kelanjutannya. Sebab persoalan yang lebih krusial adalah, mau tidak, seseorang berpikir jujur manakala memutuskan tampil pada ajang demokrasi langsung? Berpikir jujur tentang apa yang akan diperbuat, jika akhirnya, bisa meraih kursi number one

Mau tidak seseorang, legowo dengan hasil akhir? Tentu saja di luar fakta kecurangan. Mau tidak, menjadi pemimpin yang benar-benar memahami makna terdalam dari kata ‘melayani.’ Pertanyaan seperti itu, mungkin agak, bahkan bagi sebagian, terlalu sulit untuk dijawab, namun bukan tidak mungkin sudah diketahui oleh masing-masing, atau bagi sebagian figur.

Pertanyaan-pertanyaan itu, pun seharusnya masuk dalam kamus warga pemilih. Pertanyaannya, mau tidak, semua itu di-gemakan warga, juga secara jujur dan berani? Antara mau dan tidak!

by: Fian Kaunang

Tidak ada komentar: